Updating Results

Kenapa Banyak Fresh Graduate Ingin Kerja Di Start Up?

Alta Windiana

Careers Commentator
Perusahaan Startup kini menjadi salah satu incaran para fresh graduate yang sedang mencari kerja. Apa saja sih daya tariknya?

Sebelum memasuki era digital seperti saat ini, perusahaan-perusahaan besar yang ternama dan kantor-kantor pemerintahan hampir selalu menjadi idola yang diincar para pencari kerja.

Namun seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat, perusahaan Startup mulai bermunculan, seakan menghadirkan opsi baru bagi fresh graduates yang sedang mengembangkan karir.    

Dibantu oleh kuesioner ‘Workplace Satisfaction Survey’ yang kami sebarkan ke sejumlah pekerja Startup di Indonesia, kami mencoba untuk menggali lebih jauh alasan-alasan mengapa perusahaan tersebut banyak diminati oleh generasi muda. 

Startup vs. Perusahaan Konvensional

Sebelum memahami  kepopuleran Startup di kalangan lulusan baru, yuk coba mengenali lebih jauh tentang jenis perusahaan yang satu ini. Apa sih perbedaannya dengan perusahaan biasa?

Sesuai namanya, Startup adalah perusahaan yang baru dirintis dan bergerak di bidang pengembangan teknologi. Sebuah perusahaan dapat dikategorikan sebagai ‘Startup’ bila memiliki tiga elemen, yaitu founder, investor, serta produk atau jasa layanan.

Faktor pertama yang membedakan Startup dengan perusahaan konvensional adalah sumber dana. Seorang founder Startup pada awalnya mendirikan perusahaan tersebut secara mandiri. Saat sudah berkembang dan menunjukkan potensi yang menjanjikan, pendanaan akan datang dari pihak-pihak ketiga atau para investor. Sedangkan pada perusahaan konvensional, selain dari para pendiri perusahaan, pendanaan akan diambil dari profit atau keuntungan yang dihasilkan.

Perbedaan selanjutnya terletak pada tujuan usaha. Sebuah Startup lebih berfokus pada growth atau pertumbuhan usaha, dengan mengedepankan inovasi. Itulah sebabnya kita sering mendengar perusahaan tersebut melakukan kegiatan ‘bakar uang’ di fase-fase awal, yang tujuannya untuk mencari pasar dan pengembangan model usaha. Tentu, risikonya pun sangat besar. Berbeda dengan perusahaan konvensional, yang tujuan utamanya sejak awal berdiri adalah mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya.

Dari segi struktur organisasi, perusahaan Startup umumnya memiliki hirarki horizontal, di mana para atasan dan bawahan dapat berkomunikasi secara langsung dan dua arah. Tidak seperti budaya korporasi perusahaan konvensional yang masih bersifat birokratis.

Karakteristik Gen Z dan Millenials = Startup Banget?

Karyawan (dan calon karyawan) perusahaan Startup kini didominasi oleh generasi muda. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena karakteristik millennials (kelahiran tahun 1980 – 1995) dan Gen Z (kelahiran 1996 – 2015) dinilai cocok dengan kultur perusahaan Startup.

Meski lahir di rentang waktu yang berbeda, kedua generasi ini memiliki beberapa persamaan. Salah satunya adalah melek teknologi. Generasi millenial sempat merasakan transisi sebelum dan sesudah terciptanya internet, sedangkan Gen Z langsung terlahir di era digital.

Namun, keduanya dianggap sebagai tech savvy yang antusias mengikuti perkembangan jaman. Tentunya, faktor ini sejalan dengan Startup yang merupakan perusahaan berbasis teknologi.

Selain kecakapan teknologi, Gen Z dan millenials juga memiliki persamaan sifat, yaitu mencintai kebebasan, berpikiran terbuka dan menyukai perhatian atau pengakuan. Sifat-sifat tersebut pun selaras dengan nuansa bekerja di sebuah Startup yang fleksibel dan kolaboratif.

Selain itu, apa alasan lain yang bikin fresh graduate memilih bekerja di Startup?

Selain kesesuaian karakteristik, berikutnya kita akan membahas mengenai daya tarik Startup di mata generasi muda. Prosple sempat mengadakan ‘‘Workplace Satisfaction Survey’’ yang diikuti oleh 88 orang responden yang masih aktif bekerja di beberapa perusahaan Startup di Indonesia.

Kuesioner tersebut membantu kami menemukan berbagai insight menarik tentang hal-hal yang membuat perusahaan Startup dilirik oleh para pelamar muda.

Lalu, apa saja hal-hal yang mendasari ketertarikan mereka? Berikut beberapa di antaranya:

1. Image di media sosial

Bekerja di sebuah Startup dianggap sebagai sesuatu yang keren dan ‘anak muda banget’. Persepsi ini sedikit banyak dibentuk oleh sosial media. Banyak konten-konten bertebaran di TikTok atau instagram yang di-upload oleh para pekerja Startup, untuk memperlihatkan betapa serunya bekerja di sana.

Para karyawannya selalu tampil (atau ditampilkan) sebagai sosok yang stylish, kreatif dan dinamis. Banyak juga yang memamerkan ruangan kantornya yang homey, serta proses kerja yang menyenangkan. Tak heran, Gen Z dan millenials yang sering terpapar oleh segala konten ini pun menganggap bekerja di Startup sebagai salah satu ‘career goals’ mereka.

Tapi, tak sedikit pula kita mendengar mitos-mitos yang kurang menyenangkan, seperti kurangnya work-life balance dan persaingan yang ketat. Walaupun demikian, sepertinya gosip-gosip tersebut tak mengurangi ketertarikan para pelamar Startup.

Sebenarnya, bagaimana sih kenyataannya? Untuk memahami kebenaran mengenai situasi karyawan Startup, klik artikel berikut yang membahas mitos dan fakta seputar bekerja di Startup.

Pada artikel tersebut, kamu bisa menemukan hasil ‘Startup Employee Survey’ yang lebih lengkap, sehingga dapat membandingkan fakta nuansa kerja di Startup dengan mitos-mitos yang beredar di luar sana.

2. Mencari tempat untuk belajar dan berkembang

Sebagai first jobber yang baru terjun ke dunia kerja, Startup adalah salah satu tempat yang tepat untuk mengawali karirmu. Di sana, kamu bisa banyak belajar dari lingkungan kerja yang dinamis dan terus berkembang.

Untuk membantu para karyawannya meningkatkan skill dan keterampilan, beberapa perusahaan menyediakan sejumlah pelatihan. Pada poin ‘Training & Development’, sebanyak 34% responden memberi nilai 8, atau merasa puas dengan program training yang diterimanya. 

Apply to Related Jobs - Prosple

Di bidang ‘Quality of Work’ atau kepuasan atas kualitas pekerjaan, suara terbanyak yaitu 36% dari responden memberi skor 9 atau nyaris sempurna. 

Para responden merasa dengan ketersediaan program training atau mentoring di sana, mereka dapat membuahkan hasil kerja yang berkualitas dan relatif memuaskan, sesuai dengan skill serta standar yang dibutuhkan oleh perusahaan. 

Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa perusahaan selalu mendukung mereka untuk mengembangkan potensi yang ada. 

Apply to Related Jobs - Prosple

3. Menyukai tantangan

Umumnya, di masa awal kerja, seorang fresh graduate atau pekerja magang masih diberi tanggung jawab yang ringan karena masih dianggap ‘anak bawang’. Tidak demikian halnya ketika bekerja di Startup. 

Kedudukanmu sebagai intern atau entry level tidak akan membuatmu merasa lebih rendah dari karyawan lain yang lebih berpengalaman. Setiap ide dan kontribusi akan diapresiasi. Bahkan, kamu dituntut untuk bisa mengikuti ritme kerja cepat, serta men-deliver segala pekerjaanmu dengan efektif dan efisien. 

Sebanyak 46% dari responden memberikan nilai 8 atas pertanyaan ‘Early Responsibilities’, yang merupakan penilaian mengenai tanggung jawab pekerjaan di awal karir. Mereka menganggap cukup diberi kepercayaan untuk meng-handle tugas-tugas penting (tentunya, dengan bimbingan dari para senior).

Bagi anak-anak muda yang lebih merasa termotivasi ketika menghadapi tantangan, tentu ini merupakan situasi yang ideal untuk berkembang. 

Apply to Related Jobs - Prosple

4. Fun & Fleksibel

Meskipun kita sering mendengar hectic-nya kesibukan para karyawan Startup yang kerap bekerja lembur hingga akhir pekan, nyatanya sebanyak 33% responden memberi skor 8 atas penilaian mengenai work-life balance.

Dalam penjelasannya, mereka merasa nyaman dengan jam kerja yang fleksibel, sehingga tidak menemui masalah dalam mengatur waktu kerja dan beristirahat.

Apply to Related Jobs - Prosple

Fleksibilitas perusahaan Startup juga terasa dari lingkungan kerjanya. Mulai dari para senior dan mentor yang helpful, kantor yang nyaman, dresscode yang casual, hingga komunikasi antar karyawan yang terbuka. Terbukti dari 42% responden survei yang memberi poin 9 untuk faktor ‘Culture & Colleagues’.

Kultur tersebut merupakan salah satu faktor utama yang membedakan perusahaan Startup dari perusahaan konvensional lain, sehingga menjadikannya semakin menarik bagi para generasi muda.

Apply to Related Jobs - Prosple

5. Gaji yang kompetitif

Poin ini adalah salah satu alasan terpopuler mengapa banyak fresh graduate ingin bekerja di Startup. Gaji yang ditawarkan cenderung lebih tinggi dibanding entry level di perusahaan lain.

Meskipun tidak menyebut angka secara spesifik, mayoritas responden survei setuju akan hal ini. Mereka menilai bahwa upah yang ditawarkan sebanding dengan tanggung jawab serta kewajiban yang dibebankan.

Namun, perlu diingat bahwa setiap perusahaan memiliki standar dan kebijakan yang berbeda-beda. Besaran gaji, tunjangan, serta bonus juga akan tergantung pada skill dan experience yang kamu miliki.

6. Kesempatan kerja yang luas

Sebagai perusahaan yang tergolong baru berdiri dan terus berkembang, mayoritas Startup pun masih mencari banyak tenaga kerja untuk ‘mengisi’ kantornya. Proses rekrutmen pun cenderung simple dan tidak berbelit-belit.

Hingga kini, lapangan kerja di bidang Startup masih terbuka lebar, termasuk untuk anak magang dan fresh graduate. Bahkan perusahaan tersebut menganggap intern dan first jobber sebagai ‘aset’ yang berharga, karena masih penuh dengan ide-ide fresh dan semangat belajar yang tinggi.

Apakah kamu juga tertarik untuk membangun karir di Startup? Terus ikuti update berbagai lowongan kerja di id.prosple.com untuk menemukan kesempatan kerja yang sesuai dengan karir impianmu.

 

 

Originally published on Prosple Indonesia